Thursday, March 24, 2011

MEKANISME TURUN RAHMAT


 QS Al-Araaf : 57

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

QS Al-Araaf : 58


Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.


Firman Allah tersebut menjelaskan turunnya rahmat dan dikabulkannya doa oleh Allah adalah dalam suatu proses, tidak ada yang datang begitu saja, sehingga menjadi pelajaran bagi manusia bahwa doa yang disampaikan oleh manusia kepada Allah akan melalui suatu proses, karena Allah telah menggambarkan dalam mekanisme alam bagaimana turunnya rahmat, dikabulkannya doa dan gambaran proses dihidupkannya manusia yang sudah mati, oleh Allah digambarkan dalam perumpamaan mekanisme alam, yaitu kalau rahmat turun dari Allah kepada manusia melalui proses mekanisme alam dalam prinsip dualisme dalam keseimbangan yaitu dicontohkan oleh buah-buahan yang diperoleh manusia tidak langsung turun dari langit tetapi melalui proses mekanisme alam, yang kemudian  dijelaskan sebagai berikut :
1). Angin berfungsi sebagai kendaraan yang membawa rahmat dari Allah ;
Maknanya angin dijadikan kendaran untuk menurunkan rahmat yang datang dari Allah, Angin menjadi berita gembira atau signal atau tanda atau berita gembira akan datangnya atau turunnya Rahmat dari Allah, sehingga angin yang mendorong atau menggerakan rahmat dari Allah turun kemuka bumi, sehingga turunnya rahmat atau akan terkabulnya doa akan ada tanda-tandanya, artinya bisa diprediksi dan dilihat menggunakan rasionalitas manusia.
Ini menjadi pelajaran bagi manusia bahwa turunya rahmat atau doa yang dikabulkan oleh Allah akan terlihat  ada tanda-tanda yang bisa ditangkap oleh panca indra atau di pahami oleh kemampuan pikir manusia bahwa akan turunnya rahmat atau terkabulnya doa, hal ini dapat dipahami oleh aktifitas usaha yang dilakukan oleh manusia melalui IPTEK maka manusia bisa melakukan analisis seperti analisis kelayakan usaha yang bisa menggambarkan apabila suatu usaha bisa berhasil atau tidak.
Tapi kemudian agar rahmat yang turun kepada manusia tersebut ada dalam ridla Allah maka kita harus berdoa atau meminta kepada Allah agar angin digerakan oleh Allah untuk menurunkan rahmat Allah yang sudah tersimpan di alam semesta ini, yang memang diperuntukan bagi manusia untuk beribadah kepada Allah, sebagai syukur kita kepada Allah.

2).Angin kemudian membawa awan mendung ;
Maknanya bahwa Rahmat yang datang dari Allah sudah ada di alam semesta karena rahmat itu sendiri adalah alam semesta, artinya Allah menciptakan alam semesta ini adalah Rahmat untuk manusia dan mahluk lainnya, tetapi kemudian rahmat ini yang digambarkan oleh Allah sebagai awan yang mengandung bibit hujan akan didorong oleh angin untuk dibawa ke daerah yang tandus artinya bahwa Allah yang menciptakan alam semesta ini juga yang memeliharanya sehingga dengan sendirinya maka Allah juga yang akan menjaga ciptaannya, jadi jika ada daerah yang tandus maka akan digiringkan awan mendung oleh angin atas perintah Allah  untuk diturunkannya hujan.
Sehingga angin yang membawa awan mendung adalah perumpamaan proses mekanisme Allah dalam menurunkan rahmat atau mengabulkan doa, jadi angin bisa merupakan perumpamaan malaikat Allah yang sedang ditugaskan oleh Allah untuk mengabulkan permohonan manusia yang berdoa kepada Allah, atau proses ditunkannya rahmat dari Allah sebagai suatu Sunnatullah.

3). Angin dibawa ke daerah yang tandus
Maknanya bahwa awan mendung yang menampung air hujan yang didorong oleh angin, untuk diarahkan kewilayah yang akan diturunkan rahmat yaitu ke wilayah yang tandus, sehingga secara alamiah sudah sunnatullah dalam menjaga dan memelihara keseimbangan alam maka angin mendorong awan mendung kedaerah yang tandus.
Memahami doa melalui makna yang terkandung didalam perumpamaan tersebut, maka  tanah yang tandus ini perumpamaan manusia-manusia yang berdoa memohon kepada Allah, maka oleh Allah melalui angin dan awan mendung diarahkan kepada tanah tandus, diarahkan kepada manusia-manusia yang sedang memohon kepada Allah, maka oleh Allah diturunkan rahmat, yaitu pertolongannya dalam bentuk turunnya hujan, yaitu dalam bentuk mekanisme proses pertolongan Allah dalam prinsip dualisme dalam keseimbangan, melalui fungsi-fungsi yang ada dialam semesta, jadi sifat pertolongan Allah ini dapat diperoleh melalui usaha dan ihtiar manusia di dunia maka Allah memberikan kekayaan dan manfaat yang sudah ada dan sudah diciptakan yaitu alam semesta

4). Turun Hujan di wilayah/daerah  yang tandus
Maknanya turunya rahmat Allah itu tidak sekali jadi langsung diterima oleh manusia tetapi dalam bentuk ”sistem mekanisme alam semesta dalam prinsip dualisme dalam keseimbangan” sehingga turunya hujan ini merupakan awal atau pertama kali proses  turunnya rahmat yang kemudian menyuburkan tanah, sehingga bibit-bibit tanaman yang ada di tanah diproses dengan air hujan akan menumbuhkan tanaman yang keluar dari tanah. Dan disini sudah mulai terlihat oleh manusia dari munculnya tumbuh-tumbuhan sebagai rahmat atau pertolongan dari Allah

5). Dari tanah tumbuh bibit-bibit pohon yang mengeluarkan buah-buahan
Maknanya melalui proses mekanisme alam yang sudah diatur oleh Allah maka air hujan yang diturunkan kedalam tanah kemudian akan memunculkan bibit-bibit tanaman yang kemudian tumbuh dan berkembang menghasilkan buah-buahan, maka buah-buahan inilah yang kemudian dapat dirasakan atau dinikmati oleh manusia, jadi pertolongan dari Allah tidak langsung datang kepada manusia dalam bentuk buah-buahan yang diterima oleh manusia, tetapi rahmat atau pertolongan Allah datang melalui proses mekanisme alam yang beroperasi dalam prinsip dualisme dalam keseimbangan
Proses ini kemudian oleh Allah dijadikan perumpamaan dalam menjelaskan dibangkitkannya manusia yang mati oleh Allah, seperti tumbuhnya pohon-pohon dari tanah, hal ini karena manusia itu sendiri dibuat dari unsur tanah.dan ini juga menggambarkan suatu proses dihidupkannya kembali hati manusia yang sudah mati tidak ingat kepada Allah kemudian menjadi ingat kembali kepada Allah dengan Dzikrullah

6). Tanah yang baik tanaman yang subur, tanah yang tidak baik tanaman merana.
Maknanya hujan akan turun kepada daerah-daerah yang sudah diatur oleh mekanisme alam dalam prinsip dualisme dalam keseimbangan, tetapi kemudian rahmat yang turun ke bumi tidak serta merta semuanya dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dengan subur, hanya tanah yang baik yang dapat menumbuhkan tanaman dengan subur, oleh karena itu harus dipahami bawa tanah yang baik adalah tergantung hasil pengolahan manusia, artinya bahwa tanah bisa baik atau tidak baik sangat tergantung pengelolaan manusia, apakah manusia bisa menggarap tanah dengan baik atau tidak, jika tanahnya baik maka hujan sebagai rahmat Allah akan menumbuhkan tanaman yang ditanam ditanah tersebut, tetapi jika tanahnya tidak dikelola dengan baik maka tanah yang tidak baik tidak dapat menyuburkan tanaman, bahkan tanamannya akan merana. Ini mengandung pelajaran bahwa sesungguhnya rahmat Allah ini meliputi seluruh ciptaannya yaitu alam semesta itu sendiri, sehingga sesungguhnya agama Islam adalah rahmat bagi alam semesta, tetapi kemudian ada yang sanggup memanage atau mengelola alam semesta dengan baik maka akan dapat menikmati hasilnya dan ada yang tidak mengelola dengan baik maka tidak dapat menikmati rahmat Allah yang ada di alam semesta, bahkan banyak yang kemudian merusak alam semesta itu sendiri yang pada akhirnya menimbulkan bencana bagai manusia.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dipahami suatu proses dari mekanisme turunnya rahmat atau dikabulkannya doa oleh Allah, adalah mengikuti sunnatullah atau ketetapan Allah, yaitu melalui ”sistem mekanisme kerja alam yang bekerja dalam prinsip dualisme dalam keseimbangan”. Maknanya bahwa turunnya rahmat adalah bagian dari mekanisme alam dimana setiap manusia dapat memperolehnya tergantung usaha dan ihtiarnya untuk mendapatkan rahmat itu sendiri, hal ini karena rahmat itu sendiri adalah alam semesta yang diciptakan oleh Allah sehingga Islam adalah Rahmatan lil alamin, artinya bahwa rahmat itu sendiri sudah ada yaitu alam semesta itu sendiri tetapi apakah manusia dapat menikmatinya atau memperolehnya sangat tergantung kepada kemampuan memanagenya yaitu hasil usaha dan ihtiar dari manusia itu sendiri, sedangkan doa adalah ibadah manusia kepada Allah, artinya doa adalah bagian permohonan kepada Allah agar rahmat yang sudah ada di alam semesta ini dapat dinikmati oleh manusia dalam koridor ridla Allah dan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan bukan hanya didunia tapi juga diakhirat, sehingga tetap bagi manusia yang berdoa terkena sunnatullah atau ketetapan mekanisme alam untuk mendapatkannya harus melalui usaha dan ihtiar dan kemampuan memanage atau mengelola rahmat itu sendiri yaitu alam semesta.
Sedangkan sesuatu yang diperoleh manusia tetapi tidak melalui mekanisme alam dan tetap dalam koridor Ridla Allah, dapat juga diperoleh manusia tetapi itu adalah merupakan hadiah atau hidangan dari Allah kepada manusia yang sholeh, yang sangat cinta kepada Allah dan sangat dicintai Allah, sifatnya tidak bisa diprediksi atau dianalisis oleh kemampuan akal manusia, tidak bisa diinginkan dan diharapkan, dan tidak bisa didiskusikan untuk dapat dipahami secara logical thingking dan tidak bisa di jelaskan melalui science methode, maka itu bagi Nabi adalah wilayah Mujijat, bagai para wali adalah Karomah, bagi manusia biasa adalah inayah, hidayah, ilham, barokah dll.
Dua paradigma pendekatan memahami proses turunnya rahmat dan terkabulnya doa manusia oleh Allah, harus dapat dipahami oleh kita semua sehingga manusia yang beriman akan menggunakan dua pendekatan tersebut agar dapat hidup selamat dan bahagia dunia dan akhirat, yaitu intinya DUIT . Doa,Dzikir,Usaha,Ihtiar, dan Tawakal.Amin

MEMAHAMI MEKANISME/SISTEM KERJA AL-QUR'AN


 Allah berfirman QS Al-Araf : 1
Alif, laam miim shaad.

Allah maha mengetahui arti dan maknanya, Allah dan Muhammad ada dalam diri kita setiap gerak langkah hidup kita harus beserta dengan Allah dan mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah.  Sehingga Allah menurunkan Kitab Alquran sebagai sumber dari segala sumber Ilmu yang ditujukan agar manusia tidak menjadi sempit dan sulit dalam menempuh hidup dan kehidupan, supaya dengan Al-Quran dapat memberi peringatan kepada orang kafir, dan dapat memberi pelajaran atau ilmu kepada orang yang beriman, serta kita harus dapat mengikuti apa yang diturunkan oleh Allah yaitu Al-Quran sebagai pedoman hidup, dan kita jangan mengikuti perintah pemimpin yang tidak sesuai dengan Al-Quran.
Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana Al-Quran dapat menjadi Hudan bagi manusia, dengan Al-Quran hidup manusia akan lebih mudah, karena telah memiliki pedoman atau petunjuk untuk menempuh hidup dan kehidupan manusia, seperti manusia ketika tersesat maka membutuhkan peta dan kompas sebagai pedoman untuk mencapai tujuan, begitupun Al-Quran merupakan peta atau pedoman untuk mencapai tujuan dari hidup manusia yaitu dapat kembali kepada Allah, karena asalnya datang dari Allah maka harus kembali kepada Allah, jangan sampai hidup tampa mengikuti pedoman maka tersesat, yang akhirnya hidupnya tidak kembali kepada Allah, tetapi mengikuti jalan syetan sehingga akhir tujuannya justru mendapat Siksa Allah.
Berdasarkan hal tersebut maka Allah memberikan cara yang mudah untuk menjelaskan firmanNya yaitu dengan menurunkan huruf “Alif”, “Lam”, “Mim”, “Shod”, dalam ayat pertama Quran Surat Al-Araaf.
Empat huruf ini merupakan metoda yang diberikan oleh Allah agar dapat memahami dengan mudah makna yang terkandung dalam Al-Quran, yang artinya bahwa Al-Quran adalah suatu SISTEM sehingga untuk bisa memahami Al-Quran kita harus melihat bahwa setiap huruf, kata, kalimat, ayat dan surat merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya berkaitan, berhubungan dan saling menjelaskan, sehingga untuk dapat memahami makna terdalam dari isi kandungan Al-Quran kita tidak boleh memahami secara parsial atau sepotong-sepotong, tetapi harus dalam suatu sistem, ini yang diajarkan oleh Allah, sehingga diturunkan huruf “Alif” sebagai awal atau pondasi memahami wahyu Allah, yang kemudian diteruskan menjadi hurup “Lam”, yang kemudian dari lam menjadi “Mim” dan akhirnya menjadi “Shod”, ini merupakan satu kesatuan sistem yang berkaitan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1). Makna yang awal atau yang pertama Alif, ini mengandung makna marifat yang artinya untuk memahami ilmu Allah dan memahami kehidupan dan hidup manusia harus berawal dari segala yang awal yaitu MARIFAT yaitu segala sesuatu berawal dari Allah, sehingga tujuan hidup manusia yaitu Allah, dan bentuk perwujudan bahwa satu-satunya tujuan hidup kita Allah, maka kita harus menjadi seorang Mukmin yang Haqqon, ini dijelaskan dalam Quran Surat Al-Anfal, yang berarti QS Al-Anfal mengandung makna huruf “Alif” yang menjelaskan bagaimana caranya kita bisa menjadi seorang mukmin yang Haqqon yaitu caranya kita harus mau mengikuti system Al-Quran yaitu menjadi Mukmin, kemudian menjadi Muhajirin dan menjadi Mujahid, sehingga dikatagorikan menjadi seorang mukmin yang benar-benar beriman (Mukmin Haqqon) apabila kita sudah menjadi, Mukmin, Muhajirin dan Mujahid.

2). Selanjutnya dari makna “Alif” yaitu Marifat berlanjut kepada makna Hakikat yang artinya bahwa Tujuan hidup kita adalah yang Maha Awal yaitu Allah sebagai makna marifat, dan alasan kenapa kita ingin mencapai tujuan Marifat (Allah) karena Hakikatnya adalah Laailaahaillallaah, ini makna huruf “Lam”, hakikatnya tidak ada Tuhan yang patut disembah hanya Allah satu-satunya yang harus kita sembah, ini artinya Hakikatnya hidup ini adalah mengikuti seruan atau perintah Allah, agar kita menggunakan kekuatan Pikir dan Dzikir untuk dapat memenuhi segala ketentuan Allah, sehingga kita tergolong menjadi manusia Ulul Albab, dan makna Ulul Albab sebagai makna Hakikat yang disimbolkan oleh hurup “Lam” ini dijelaskan salah satunya dalam QS Ar-Ra’d. Dimana tujuan dari surat Ar-Ra’d agar manusia menjadi Ulul Albab yaitu manusia yang mampu memenuhi seruan Allah, karena Hakikatnya Alam semesta ini yang mengatur adalah atas dasar kekuasaan Allah, artinya segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini hakikatnya semuanya ada dalam gemgaman kekuasan Allah.

3).Berdasarkan makna hakikat tersebut yang disimbolkan oleh huruf “lam”, maka selanjutnya tugas manusia adalah bagaimana caranya atau metodanya bisa mencapai atau sampai kepada tujuan akhir kehidupan yaitu Allah, maka disimbolkan oleh huruf “Mim” yang artinya metoda atau Thareqat untuk mencapai Allah, hanya satu-satunya jalan, yaitu menggunakan Thareqat Muhammad yaitu menggunakan cara yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, maka jika kita dapat mengikuti contoh atau langkah-langkah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad maka pasti kita akan mendapatkan Kemenangan, maka kemudian symbol huruf “Mim” yang maknanya Thariqat atau metoda Nabi Muhammad SAW yang pasti akan mendapatkan “Kemenangan” dijelaskan salah satunya oleh QS Al-Fath, yang artinya mendapatkan kemenangan. Qs Al-fath ini menyatakan jika kita mengikuti perjuangan yang dicontohkan atau menggunakan metoda Rasulullah dalam operasionalisasi kehidupan yang sesuai dengan Al-Quran maka kita pasti dan dipastikan akan mendapatkan kemenangan, dan ini dijelasklan maknanya secara mendalam dalam QS Al-Fath

4). Setelah dipastikan akan mendaptkan kemenangan maka tentu pertanyaanya apa buktinya atau apa contohnya, atau apa faktanya yang berarti mengandung makna SYARIAT, bahwa kita mendapatkan kemenangan maka disimbolkan oleh huruf ‘Shaad”, yang artinya Al-Quran dan bukti, contoh, atau faktanya atau Syariatnya kita mendapatkan kemenangan adalah diperolehnya Tempat yang tertinggi disisi Allah, ini dijelaskan oleh salah satu surat yaitu QS Al-Araaf. Sehingga QS Al-Araaf yang merupakan salah satu bukti contoh atau faktanya dari symbol huruf “ Shaad” mengandung makna Syariat mendapatkan kemenangan yaitu ada bukti atau contohnya yaitu adanya tempat yang tertinggi (Al-Araaf) yang dimiliki dan dikelola sebagai tempat Hijrah untuk dapat menjadi seoran Mujahid, sehingga tempat tertinggi ini dicontohkan oleh Rasulullah sebagai kota Madinah yang digunakan sebagai tempat percontohan pertama untuk menegakan syariat Islam membuat Qoryah Thoibah Mubarokah (QTM).    

Berdasarkan keseluruhan penjelasan tersebut maka kita dapat memahami bahwa huruf alif, lam, mim dan shod merupakan satu kesatuan metoda yang diajarkan oleh Allah untuk memahami isi kandunga Al-Quran, sehingga kita bisa memahami dan melaksanakan fungsi al-Quran sebagai Hudan, pedoman, atau peta hidup dan kehidupan manusia agar sampai pada tujuan akhir hidupnya yaitu kembali kepada keridlaan Allah, SWT. Amin.

4 KUNCI MEMBUKA AL-QUR'AN


(Tafsir QS Al-Araaf :1)

Allah berfirman QS Al-Araf : 1-3

Alif, laam miim shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).

Firman Allah tersebut menunjukan adanya 4 huruf yang menjadi kunci untuk mencari kebenaran yang mutlak (Absolut) yaitu Wahyu Allah Al-Quran, kunci-kunci yang disimbolkan oleh 4 huruf merupakan suatu sistem yang satu sama lain saling berkaitan yang juga disebut Sistem Dzikir, dan disampaikan atau diajarkan dalam materi Hidup Dalam Sistem Dzikir. Keempat huruf ini menjadi salah satu kunci untuk memahami isi kandungan Al-Quran sebagai pedoman dan petunjuk hidup manusia. Untuk itu maka dapat dijelaskan masing-masing kunci tersebut sebagai alat untuk memahami petunjuk atau pedoman yang ada dalam Al-Quran.
1). Kunci pertama huruf Alif, mengandung makna marifatullah, yaitu Allah
2). Kunci kedua huruf Laam, mengandung makna Hakikat, yaitu Laa ilaaha illal laah
3). Kunci ketiga huruf Miim, mengandung makna Thariqat, yaitu Muhammad SAW
4).Kunci keempat huruf Shaad, mengandung makna Syariat, yaitu ketentuan Al-Quran yang dilaksanakan

Pengertian tersebut didasarkan firman Allah QS Al-Imran : 1-3
Artinya
1).Alif laam miim.
2).Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.
3).Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.

Firman Allah ini menjelaskan makna dari 4 kunci huruf membuka Al-Quran, yaitu di ayat 1 di sebutkan ”Alif laam miim”, maksudnya dijelaskan dalam ayat 2 yaitu Allah untuk memberikan pemaham Alif, kemudian Laa ilaaha illal laah yang memberikan makna huruf Laam, dan kemudian di ayat ke 3 disebutkan Allah menurunkan Al-Kitab yaitu Al-Quran kepada Muhammad dengan tujuan membenarkan kitab-kitab sebelumnya yang telah diturunkan oleh Allah, ini menjelaskan makna huruf Miim.
Dari firman Allah tersebut maka sangat jelas ayat kedua menjelaskan makna Marifat yaitu Allah, dan makna Hakikat yaitu Laa ilaaha illal laah, sedangkan di ayat ketiga dijelaskan makna thariqat yaitu metodanya menggunakan thariqat Muhammad, yang membawa Al-Quran dari Allah untuk membenarkan kitab-kitab Allah yang telah diturunkan sebelumnya.
Dan selanjutnya makna dari kunci keempat yaitu huruf Shaad sebagai kunci yang terakhir yaitu kunci yang memberi bukti kebenaran Al-Quran yaitu tegaknya Syariat Islam, disimbolkan huruf ”Shaad” yang artinya Al-Quran yang diamalkan dalam kehidupan di dunia dijelaskan dalam ayat ke 3 diatas dan juga dijelaskan dan ditegaskan kembali oleh Allah QS Shaad:1
Shaad, demi Al Qur'an yang mempunyai keagungan.

Berdasarkan firman Allah tersebut maka sangat jelas bahwa 4 huruf sebagai kunci membuka Al-Quran adalah merupakan suatu sistem dimana kunci pertama dan kedua sebagai makna Marifat adalah INPUT, kemudian kunci ke tiga makna dari Thariqat sebagai suatu PROSES, dan kunci keempat makna Syariat sebagai suatu OUTPUT, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
INPUT
What & Why
PROSES
How
OUTPUT
(Bukti/Contoh)
Marifat (Alif)
Allah
Hakikat (Laam)
Laa ilaaha illallaah
Thariqat (Mim)
Muhammad
Syariat (Shaad) AlQuran
IMAN
HIJRAH
JIHAD


Keempat kunci yang tersebut sebagai suatu sistem Al-Quran, sehingga menjadi alat untuk mengukur kinerja hidup manusia, apakah hidupnya sudah ada dalam sistem Allah yaitu Al-Quran atau sistem Dzikir, atau kita keluar dari sistem Dzikir, untuk itu kita harus melakukan evaluasi atau mengukur performance/kinerja hidup kita. Dan instrumen untuk mengukur kinerja hidup manusia ini juga sebagai instrumen atau alat untuk memahami Al-Quran sebagai pedoman atau petunjuk bagi kehidupan manusia. Untuk memahaminya maka Allah telah memberikan satu Surat sebagai PEMBUKA untuk memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran yaitu Surat Al-Fatihah yang juga menjelaskan 4 huruf kunci pembuka Al-Quran yang dapat dijelaskan sebagai berikut ;

Surat Al-Fatihah sebagai surat Kunci Pembuka Al-Quran memiliki 4 Kunci pembuka yang dijelaskan dengan menggunakan 4 kalimat tanya sebagai berikut .
1). Apa yang menjadi tujuan hidup kita (Makna Marifat):
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ( ayat 1 pemimpin surat dan tujuan hidup manusia)
Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam (ayat 2)
Tujuan hidup kita ini adalah beribadah kepada Allah, berdzikir menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya, serta memuji Allah sebagai Tuhan semesta Alam. Yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah (Laa Illaaha Illallaah)
2). Kenapa kita ingin mencapai tujuan hidup tersebut (Makna Hakikat)
Yang maha pengasih lagi maha penyayang (ayat 3)
Yang menguasai/merajai hari pembalasan (ayat 4)
Tujuan hidup manusia adalah Allah, hal ini karena Allah Tuhan semesta alam, yang maha pengasih dan penyayang kepada mahluk ciptaannya dan juga Allah yang merajai dan menguasai manusia untuk diminta pertanggungjawabanya atas kehidupannya didunia ini, jika baik mendapat syurga jika tidak mendapat siksa di neraka
3). Bagaimana caranya mencapai tujuan hidup manusia (Makna Thariqat):
Hanya engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan (ayat 5)
Tunjukilah kami jalan yang lurus (ayat 6)
Untuk mencapai tujuan hidup hanya Allah yang dituju maka manusia harus menyembah Allah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah, itulah yang disebut jalan yang lurus.
4). Contohnya, aplikasinya (Makna Syariat)
(Yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (ayat 7)
Apa contohnya jalan yang lurus tersebut yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat yaitu Para Nabi dan Rasul, Sahabat Nabi, Waliyullah, Orang-orang shaleh. Dan tentunya contoh yang utama adalah Nabi Muhammad SAW

Surat Al-Fatihah telah menunjukan metoda untuk memahami dan membuka isi kandungan Al-Quran yang juga mengandung 4 kunci pembuka yang kemudian juga disimbolkan oleh 4 huruf kunci pembuka Al-Quran yang menjadi instrumen untuk mengukur kinerja hidup kita sebagai seorang Mukmin, apakah sudah menjadi mukmin yang haqqon (Mukmin sejati) yaitu berada dalam sistem Dzikir, atau kita masih mengaku-ngaku saja sebagai seorang beriman yang hidupnya tidak berada dalam sistem Quran/Dzikir. Untuk itu maka evaluasi diri kita dengan menanyakan kepada diri kita dengan 4 kunci pertanyaan sebagai alat mengukur hidup kita, yaitu :
Pertanyaan Marifat (Alif), apa tujuan hidup kita ?
Pertanyaan Hakikakat (Laam), kenapa atau alasan kita ingin mencapai tujuan hidup ?
Pertanyaan Thariqat (Mim), Bagaimana caranya kita mencapai tujuan hidup tersebut, apa yang sedang kita lakukan untuk mencapai tujuan hidup tersebut ?
Alat ukurnya apakah hidup kita sudah ada dalam jamaah sebagai tempat Hijrah
Pertanyaan Syariat (Shaad), apa bukti atau hasil didunia yang sudah kita rasakan dalam mencapai tujuan hiudp kita ?.
alat ukurnya adalah Jihad dapat menggunakan formula 3k, Koherensi (apakah sistem hidup kita sesuai dengan Al-Quran), Korespondensi (apakah hasil, fakta, fenomena yang kita peroleh sesuai dengan Al-Quran), Konfirmasi (Apakah strategi hidup kita sesuai dengan Al-Quran).
Ke 4 pertanyaan ini yang ditanyakan dan dijelaskan serta dicontohkan oleh Allah dalam Al-Quran, sehingga jawaban kita yang telah kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, jika tidak sesuai dengan Al-Quran dan Contoh yang dilakukan oleh Rasulullah maka dinyatakan salah atau kita keluar dari sistem Dzikir. Berdasarkan hal ini maka ke 4 pertanyaan ini juga dijadikan Metoda untuk memahami isi kandungan Al-Quran, dimana dalam memahaminya tidak boleh parsial atau sepotong-sepotong tapi harus utuh dalam sistem yang pemahamannya menjawab 4 pertanyaan tersebut yang tidak lain juga menjelaskan sistem dari input, proses sampai output, serta pelaksanaanya terangkai dalam sistem IMAN, HIJRAH DAN JIHAD, sebagai satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan sehingg secara individu kita bisa berpredikan sebagai Mukmin yang Haqqon (mukmin sejati), yang outputnya mendapat gelar sebagai MUJAHID, pejuang Allah, sehingga jaminannya adalah SYURGA, Amin.

SISTEM DZIKIR


DI ISRA DAN DI MIRAJKAN MANUSIA DENGAN DZIKIR

Hikmah dari peristiwa Isra Nabi Muhammad SAW, adalah bahwa manusiapun harus dapat melaksanakan Isra, sehingga pengertian Isra bagi manusia adalah diperjalankannya diri manusia oleh Allah kedalam jalan yang lurus.
Bagaimana caranya manusia dapat diperjalankan oleh Allah dalam kehidupan dunia agar hidup dan kehidupannya di dunia dapat berada dalam jalan yang lurus, sehingga akan mendapatkan kebahagiaan di negeri Akhirat bertemu dengan Allah (Miraj) maka dapat dipahami melalui metoda Dzikir . Allah telah berfirman QS Al-Baqarah (2) :152.
Artinya : Ingatlah kamu kepadaku (Dzikir) niscaya aku akan ingat kepadamu dan bersyukurlah kepadaku , dan janganlah kamu mengingkari ni’mat Ku/kufur.

Firman Allah tersebut sangat jelas menyatakan apabila kita ingin bertemu dengan Allah (Miraj) dimana Allah mengingat kepada kita, maka kita terlebih dahulu harus Ingat kepada Allah (Isra), ini artinya tidak mungkin Allah akan bertemu dengan kita (Miraj) kalau kita tidak selalu ingat kepada Allah (Isra). Berdasarkan pengertian tersebut maka Isra adalah merupakan proses atau metoda Dzikrullah sedangkan Miraj adalah hasil dari pelaksanaan Dzikir kita dapat bertemu dengan Allah, oleh karena itu maka Isra dapat dilakukan dengan metode Dzikir zahar, yaitu suatu proses pelaksanaan dzikir dengan mengeraskan suara dengan maksud bahwa diri kita sedang berupaya keras untuk dapat melatih dan memaksa diri kita selalu ingat kepada Allah, apabila proses ini telah dilakukan dengan dawam dan teguh maka hasilnya kita dapat bertemu dengan Allah yang ditunjukan dengan metode Dzikir khapi yaitu melaksanakan dzikir dalam hati dimana hati kita sudah dapat bertemu dengan Allah yang disebabkan oleh proses pelaksanaan Dzikir Zahar. Pengertian ini dapat dijelaskan oleh firman Allah QS.Fushilat (41) : 30,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Firman Allah tersebut menyatakan apabila manusia telah melaksanakan Isra dengan metode dawam teguh melaksanakan Dzikir maka manusia tersebut akan dapat di Mirajkan oleh Allah yaitu dengan langsung mendapatkan pertolongan dari Allah dan mendapat syurga bertemu dengan Allah . Sehingga firman Allah tersebut lebih menjelaskan lagi bahwa dengan melaksanakan dzikir yang teguh sebagai metode memasuki jalan yang lurus (Isra) dengan metoda dzikir zahar, maka atas perintah Allah para malaikat turun menolong manusia sebagai bentuk pertemuan Allah dengan manusia (Miraj) dan mendapatkan pertolongan dunia dan akhirat.
Penjelasan diatas telah menunjukan bahwa Isra manusia yang merupakan diperjalankannya manusia kepada jalan yang lurus, dapat dilakukan dengan menggunakan metode dzikir zahar sebagai suatu metode kita akan selalu mengingat Allah agar Allah memasukan hidup dan kehidupan kita kepada jalan yang lurus. Untuk dapat melaksanakan dzikir zahar sebagai suatu proses pelaksanaan Isra manusia, maka manusia dalam melaksanakan dzikir harus iklas hanya ditujukan kepada Allah karena sesuai dengan hikmah dari peristiwa Isra Nabi Muhammad SAW, yaitu diperjalankannya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang artinya untuk diperjalankan hidup manusia oleh Allah kedalam jalan yang lurus maka hidup manusia harus berangkat dari Allah yaitu tujuan hidup hanya ditujukan untuk Ibadah kepada Allah (Marifatullah) dan akhir hidup ini adalah kembali kepada Allah (Marifatullah), yang artinya hidup berjalan dari masjid ke masjid. Sehingga Perjalanan Hamba Allah dalam hidup dimulai dari yang Maha Awal yaitu Allah dan Berakhir kembali kepada yang Maha Akhir yaitu Allah, sehingga hidup manusia merupakan suatu sitem Dzikir yaitu perjalanan Isra, bahwa hidup diawali oleh marifat (Masjidil Haram) dan kembali ke marifat (Masjidil Aqsha), seperti yang dijelaskan oleh Allah, QS Al-Hadid (57:3).
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Dengan demikian untuk dapat di Israkannya diri manusia maka harus berangkat dari masjid Haram dan berakhir di masjidil Aqsha (Marifat) yaitu dimulainya manusia menetapkan tujuan hidup hanya Allah yang dimaksud, tiada lain hidup kita ditujukan hanya untuk Allah, semata-mata kita hidup hanya untuk beribadah. Dan akhir hidup kita adalah kembali kepada Allah. QS Az-Zaariyaat (51):56,
“Dan tidak semata-mata Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu”.

Bagaimana pengertian Ibadah berdasarkan pengertian Isra dengan metoda Dzikir, yaitu setiap gerak langkah hidup kita baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar (tidur), dalam setiap gerakan jantung kita setiap tarikan dan buangan nafas kita, dalam setiap bagian dari tubuh kita, hanya Allah yang diingat,disebut dan dituju, hal ini dijelaskan dalam QS Al-Anfal (8):45
Dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.
QS Al-Ahdzaab (33) :41-42
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman ingatlah kamu kepada Allah dengan sebanyak-banyak ingat, dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang

Dengan demikian makna dari Isra adalah orientasi setiap gerak langkah hidup jasmani dan rohani kita ditujukan hanya untuk Allah. Dengan selalu mengingat Allah maka kita akan di Mirajkan yaitu kita akan bertemu dengan Allah yang mana Allah akan selalu mengingat kita (segala keinginan dan kebutuhan kita).
Karena kita sudah memahami makna Isra yaitu diperjalankannya diri manusia oleh Allah untuk memasuki jalan yang lurus, maka kita dapat meyakini bahwa Hakikatnya bahwa yang menentukan segala alam semesta ini adalah Allah. Dengan demikian berarti kita dapat memahami makna dari Hakikat yaitu kalimah laa illaaha illallaah, yang bearti tidak ada yang dapat menentukan apapun di alam semesta hanya Allah yang menentukan segalanya. Dan hanya Allah sajalah yang dapat memperjalankan hambanya di muka bumi ini kedalam jalan yang lurus yaitu jalan yang diridhai oleh Allah, jalan yang akan mendapatkan kemenangan gilang gemilang di dunia dan akhirat, sehingga kita sekarang dapat memahami bahwa makna kalimat Thaoibah yaitu “laa illaaha illallaah” adalah merupakan kendaraan (Al Buraq) di Israkannya diri manusia, kalimat inilah yang menyebabkan manusia di perjalankan oleh Allah kedalam jalan yang lurus, seperti yang Allah firmankan QS. Al-Fathir (35) ;10.


Barang siapa mengharapkan kemuliaan maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya, Kepadanyalah naik perkataan –perkataan yang baik (“Laa ilaaha illal laah”) dan kepadanya terangkat amal yang shaleh. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur”.

Jadi yang dapat berjalan dan naik kepada Allah adalah dengan perkataan yang baik yaitu Kalimat Dzikirullah (Al Buraq), sehingga kendaraan dari Isra dan Miraj adalah dengan mengucapkan kalimat Dzikir kepada Allah.
Kalimat Dzikir merupakan kendaraan Isra manusia sebagai Al Buroq, tanpa adanya kendaraan ini manusia tidak mungkin diperjalankan oleh Allah kedalam jalan yang lurus, oleh karena itu agar kita dapat berada dalam lingkaran kalimat thaibah yang akan membawa kita kepada Allah (Miraj) maka yang menjadi perjuangan dalam hidup kita adalah bagaimana kita dapat tetap berada jalan menuju kepada Allah, perjuangan tetap berada dalam jalan menuju Allah adalah makna Tharikat.yaitu jalan menuju Allah seperti jalan yang telah ditempuh oleh Rasul kita Nabi Muhammad SAW, QS Al-Ambiaa (21 : 107)
“ Tiada kami mengutus engkau (ya Muhammad), melainkan menjadi pembawa rahmat bagi semesta alam”.

Firman Allah ini menyatakan dengan sangat jelas bahwa yang membawa rahmat (energi) dari Allah hanyalah Nabi Muhammad SAW, dengan demikian tidak mungkin manusia mendapatkan rahmat dari Allah kalau tidak melalui Nabi Muhammad. Hal ini kemudian dipertegas dalam firman Allah QS Al Maidah (5:35)
Artinya : Wahai manusia yang beriman bertaqwalah pada Allah dan Carilah CARA (METODE) untuk menghampirkan diri pada Allah dan berjihadlah (sungguh-sungguh berjuang, secara intensif beramal pada jalan-Nya itu, supaya kamu menang.

Firman Allah ini menyatakan dengan tegas dalam beribadah kita harus memiliki cara atau metode yang benar (Thariqatullah) yang ada gurunya atau mursidnya yang menuntun manusia untuk mendapatkan cara yang paling benar dalam beribadah kepada Allah yaitu cara beribadah yang sesuai dengan tuntunan Rasullullah, istiqomahlah (teguh, sungguh-sungguh jangan plin-plan) untuk tetap berada dalam metoda tersebut maka kita akan selamat dunia dan akhirat. Metode inilah yang akan mengkokohkan diri kita untuk tetap berada dalam jalan yang lurus, tetap berada dalam perjalanan Isra .
Bagaimana kita dapat tetap berada dalam jalan yang lurus (Isra), maka kita harus mau mengikuti aturan agar tetap berada dalam jalan atau thariqat yang tetap menuju kepada Allah. Pengertian inilah yang kemudian kita sebut dengan syariat.
Bagaimana aturannya agar kita tetap di Israkan, berada dalam jalan yang lurus (thariqat) sehingga kita akan selalu berada dalam bimbinganNya untuk mencapai tujuan hidup utama yaitu Allah. Maka kita harus mau berpedoman kepada Alquran dan Sunnah Rasul. Untuk memahami Syariat yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul kita mengenal melalui 2 tahapan yang merupakan suatu sistem hidup, yaitu terdiri dari Isra yaitu terdiri dari Marifat, Hakikat, Tharikat , Syariat, dan Miraj , tharikat, hakikat dan marifat. Sehingga Isra dan Miraj menggambar system hidup Dzikir manusia yang berawal dari Marifat kembali kepada Marifat